Powered By Blogger

Kamis, 07 Oktober 2010

Kelam (Antologi JOGLO 9 "Jagat Terlantar")

Kelam cerpen Ashfiya Nur Atqiya (Antologi JOGLO 9 "Jagat Terlantar")

”Bagaimana mas, kapan kita nikah?” tanyaku mengurai kekhawatiran.

”Ngapain kamu tanya hal itu? Nikah itu buat orang tambah rekoso!” jawabnya dengan membentakku.

Tanpa berpamitan dengan Wisnu, aku meninggalkan rumah kost itu. Di perjalanan aku menangis, aku pulang naik bus umum menuju kostku. Di dalam bus aku bertemu dengan Fikri, teman kerjaku dan ia memilih duduk sebangku denganku. Melihat aku menangis, dia bertanya kepadaku, ”Kenapa kamu, Ra?”

Fikri adalah teman dekat antara aku dan Wisnu. Aku pun menceritakan semua apa yang telah terjadi

”Sudahlah Tera. Mungkin Wisnu sedang lelah memikirkan skripsinya atau mungkin dia akan memberimu kejutan, dengan melamarmu mingu-minggu ini mungkin”

Aku terdiam akan tetapi bukan mengiyakan ucapan Fikri.

***.

Beberapa tahun yang lalu aku berkenalan dengan seseorang yang berhasil memikatku dalam sekian pertemuan. Ia adalah seorang lelaki yang pekerja keras dan mandiri dengan bekerja di kantin kampus. Ia adalah Wisnu, seorang mahasiswa di sebuah universitas di Solo. Wisnu sekampus denganku tapi beda fakultas. Perkenalan kami bermula dari nomor handphone yang diberikan Wisnu kepadaku. Aku sering mampir di warung sotonya dan sering bertemu jika aku berangkat atau pulang kuliah. Hampir setiap hari aku dan Wisnu saling kirim sms dan tak jarang Wisnu menelponku hingga berjam-jam.

Begitu seterusnya hubungan kami, hingga suatu hari aku beranikan bertanya mengenai kejelasan hubungan aku dengan wisnu selama ini. Sebenarnya aku malu, tapi kepastian itu penting untuk seorang wanita. Mulai saat itu mungkin Wisnu bingung untuk menjawabnya. Wisnu belum juga memberi kepastian untukku saat itu. Penantianku tak sia-sia. Seminggu kemudian Wisnu memberi jawaban kepadaku. Kami sepakat untuk menjadi sepasang kekasih.

Rintangan menghadang. Aku akan dijodohkan dengan seorang dosen universitas terkenal di Indonesia yang tentunya lebih mapan dalam segalanya dibanding Wisnu. Aku menjalin hubungan dengan Wisnu tanpa sepengetahuan keluarga. Aku menolak perjodohan itu dengan alasan ingin fokus ke kuliah terlebih dahulu.

Setelah lulus kuliah aku diterima bekerja di perusahaan swasta. Aku sering mengunjungi kost-kostan Wisnu dan tak jarang Wisnu menjemput di kostku untuk mengantarku ke tempat kerja. Kami tinggal di kost karena kami berdua berasal dari luar kota.

Kebersamaan kami juga ada masalah lagi, dengan munculnya Respati, mantan pacar Wisnu. Tentu saja rasa cemburu ketika aku tahu wanita itu pernah menjalin cinta dengan kekasihku itu.

” Respati hanya masa laluku. Tak usah kamu mengusiknya ”

”Ia memang masa lalumu. Tapi tentu ada kenangan indah bersamanya yang suatu saat kamu rindukandan ingin kamu rasakan kembali”.

”Cemburu?”

”Hmm,Lumayan. Mendengar namanya saja sudah membuat aku cemburu apalagi ketika datang dan bercakap-cakap denganmu.”

”Aku sudah milikmu. Tak mungkin aku kembali kepadanya”.

”Ucapanmu apa bisa menjamin?”

”Perlu bukti?”

” Iya. Nikahi aku sekarang. Kalau kamu benar-benar cinta kepadaku nikahi aku sekarang” ”Aku akan menikahimu tapi tak sekarang, Tera, Aku akan cari kerjaan yang layak dulu, mengumpulkan uang setelah itu kita akan menikah.” Aku menghargai jawabannya. Mungkin ia belum siap lahir dan batin. Aku sabar menunggu karena ucapan Wisnu yang membuatku yakin. Setiap hari kujalani hidup seperti ini, menunggu kepastian yang tidak pasti dengan pengorbanan apapun. Pengorbanan materi sudah tanpa hitungan, banyak materi yang aku keluarkan, aku ingin membantunya dengan penghasilanku. Wisnu terlambat menjadi sarjana. Itu karena waktunya tersita dengan belajar dan memikirkan beaya menutup uang pendidikannya. Karena sulit mengatur waktu antara bekerja, kuliah dan persiapan menikah. Dari itulah aku termotivasi untuk membantunya menyelesaikan kuliahnya, baik dari segi keuangan maupun membantu mencari bahan skripsi. Sempat terlintas dipikiranku, sampai kapan aku harus menunggu? Aku berusaha menahan untuk tidak bertanya hal itu. Sampai saatnya aku tak tahan akhirnya aku beranikan bertanya kepadanya kapan kami menikah. Wisnu memang sudah merencanakan untuk menikahi aku. Musyawarah dengan keluarga sudah kami lakoni, dan keputusannya adalah kita menikah pada bulan Mei mendatang Aku merasa iba dengan Wisnu karena dia sebenarnya ingin membahagiakan aku di depan keluargaku tapi ia tak punya dana lebih untuk hal itu. Kuputuskan untuk membantunya dengan cara aku memberinya uang dari hasil kerjaku lalu Wisnu memberikannya kepadaku dan aku mengakui barang tersebut pemberian Wisnu. Begitu seterusnya. Kulakukan ini karena aku ingin mengangkat derajat Wisnu di depan keluargaku.

Tanggal pernikahanku dengan Wisnu sudah sangat dekat. Hanya tinggal menghitung hari kami sampai di hari yang paling indah untuk kami berdua. Namun akhir-akhir ini sikap Wisnu berubah. Aku tak tahu mengapa. Ia tak pernah mengantar jemputku untuk kerja. Sebenarnya ada apa ini? Mengapa tiba-tiba ia berubah. Aku merasa asing dengannya. Karena keingintahuanku, kupaksakan bertanya kepadanya.

”Mas, sebenarnya ada masalah apa? Jika ada masalah berceritalah kepadaku. Kamu tahu kan mas, hari yang indah itu hanya kurang beberapa hari lagi. Mengapa kamu menjadi beda mas? Apa yang membuatmu begini?” tanyaku dengan sedikit mendesaknya.

“Kamu lihat apa yang aku lakukan ini? Aku sangat sibuk, jadi aku tak sempat memikirkan itu. Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatanku untuk menjadi seorang sarjana.”

Aku berpikir, mungkin ia pusing dengan skripisinya atau terlalu capek dengan pekerjaannya. Aku memilih pulang dengan keadaan yang semakin membuat hatiku tak nyaman saja.



Aku takut jika pernikahan ini batal. Aku sering ditanya oleh orang tuaku tentang tentang kedekatan kami, dan semua tentang acara pernikahan kita. Aku merasa berdosa dengan ibuku, karena aku memberi alasan yang tak sebenarnya. Aku menjawab, bahwa semua ini baik-baik saja dan acara pernikahan kami akan lancar-lancar saja.



Saat itu undangan telah dibagikan, baju sudah jadi, semua yang berhubungan dengan persiapan pernikahan sudah siap semua. Tinggal menunggu hari saja.

”Kita jadi nikah kan?” Kataku lewat telphon di suatu sore, kembali menanyakan sesuatu hal yang terasa hambar.

”Tera, aku tidak bisa melangsungkan pernikahan itu. Maafkan aku Tera. Aku sudah tak bisa mencintai kamu lagi. Aku tak mungkin menikah dengan perempuan yang tak lagi aku cintai. Respati, ya hanya dia perempuan yang benar-benar aku cintai”

”Apa, nggak salah dengar?, Katanya kau tak akan pernah kembali kepadanya karena telah memiliki aku?”

”Saat kamu bilang, ada kenangan indah bersama Respati yang suatu saat aku rindukan dan suatu saat ingin mengulang kisah dengannya kembali, aku tersadar bahwa memang aku merindukannya dan ingin merasakan kembali. Aku mencintaimu tapi tentu kau tak mau cintaku kepadamu hanya sebuah pelarian. Karena Respati-lah yang menjadi penguasa cintaku”

Air mataku membasahi pipiku. Kuakhiri pembicaraan dengannya. Dan perpisahan tak terelakkan. Kisah yang semula indah berubah menjadi kelam.

*****



Ashfiya Nur Atqiya, Lahir di Solo, 08 Desember 1994. Sejak di SMP Al Muayyad, tulisan jurnalistiknya dimuat Media Indonesia dan itu berlanjut ketika kini ia bersekolah di MA Al Muayyad Surakarta. Beberapa reportase jurnalistiknya yang lain dimuat Kompas Muda, Kompas Jawa Tengah dan Jawa Pos Radar Solo. Cerpen dan puisinya masih terserak di notes Facebook. Meski aktif menulis dengan teman-temannya di komunitas Thariqat Sastra Sapu Jagad ia tak melupakan cita-citanya menghafalkan Al Qur,an 30 juz. Tinggal di Pesantren Al Muayyad, Jl. KH. Samanhudi, 64, Mangkuyudan, Surakarta.

Diskusi Sastra Remaja dan Peran Media Massa

Diskusi Sastra Remaja dan Peran Media Massa

Nulis Dulu, Honor Nomor Sekian…,

Perkembangan dunia sastra di Indonesia akhir-akhir ini juga diwarnai oleh para remaja yang juga menulis sastra baik itu cerpen, puisi atau novel. Selain itu media cetak juga mempunyai peran tersendiri terhadap sastra itu sendiri.

Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) mengadakan acara Gelar Sastra Joglo 9 Jagat Terlantar & Diskusi Sastra Remaja dan Peran Media Massa. Pada Jum’at, 24 September 2010 di Pendhapa Wisma Seni TBJT Surakarta.

“TBJT menjadi wilayah persemaian proses kreatif bagi penulis muda dan kami mewadahinya dengan penerbitan antologi cerpen. Semoga ini bisa menjadi cambuk kepada penulis muda untuk terus menulis, terus menulis, terus menulis” Ungkap Wijang Wharek Al Mauti, Ketua Divisi Sastra TBJT saat membuka rangkaian acara.

Wijang juga memohon maaf karena telah terjadi keteledoran dalam penyuntingan dengan diloloskannya judul Jagat Terlantar yang seharusnya Jagat Telantar.

“Kami sebagai penyunting antologi ini memohon maaf atas kesalahan sebuah huruf yang tentunya mempunyai pemaknaan yang berbeda”Tandasnya.

Penerbitan antologi Joglo 9 merupakan sebuah penerbitan dari seri dokumentasi sastra yang ke –9 yang dilakukan TBJT. Untuk kali ini yang dihimpun adalah karya para cerpenis muda dari berbagai komunitas sastra di Solo dan sekitarnya seperti Komunitas Pawon, Komunitas Alit, HPK ( Himpunan Penulis Karanganyar), Komunitas Ketik dan Komunitas Thariqat Sastra Sapu Jagad. Dan buku antologi tersebut dibagikan secara cuma-cuma kepada hadirin.

Jagat Terlantar Sendiri meminjam judul cerpen karya Deezna Valeria. Dalam antologi tersebut terhimpun 12 cerpen dengan tema yang beragam dari para cerpenis yang kebanyakan dari kalangan pelajar SMA dan Mahasiswa. judul cerpen tersebut adalah : Siklus Nestapa karya Abraham Zakky Zulhazmi, Bawang Merah dan Cintanya karya Ajeng Arini Putri, Nyanyian Rembulan Jingga karya Ali Rosyad, Tanur karya Ana Subekti, Kelam karya Ashfiya Nur Atqiya, Pulang (?) karya Askara Laksmi, Jagat Terlantar karya Deezna Valeria, Rumah Suamiku karya Fatimah Wahyu Sundari, Reborn karya Irma Agryanti, Menyusul Sumi karya Joko Utomo, Pulang karya Rudianto dan Bukan Bekas Lurah karya Sriwi Joyo. .

Para cerpenis yang hadir membacakan penggalan cerpennya. Mereka memilih penggalan cerpen yang menarik yang sekiranya menjadi pancingan bagi penikmat sastra yang hadir untuk membacanya secara rampung ketika di rumah.

Acara tambah meriah dengan tampilnya grup musik Kentroeng Rock n’ Roll yang memainkan lakon Roro Hoyi.

Acara terakhir adalah Diskusi Sastra Remaja & Peran Media Massa. Dengan pembicaranya adalah Agus B. Wahyudi, Dosen UMS dan Muhaimin, Redaktur sastra harian Joglosemar.

“Sastra remaja bisa saja cerpen itu dihasilkan oleh para penulis yang masih remaja. Kalau dalam Joglo 9 ini banyak penulis yang masih remaja tapi penceritaannya seperti penulis dewasa” Terang Agus.

Yudhi Herwibowo sebagai moderator juga menggarisbawahi dalam Joglo 9, penulisnya memang masih sangat remaja dan ada semacam eksintensi terlebih dulu. Tanpa memikirkan perkara lain. “ Penulis-penulis ini sepertinya, nulis dulu, masalah honor nomor sekian. Saya pikir itu yang perlu terus dipupuk” tambahnya.

Muhaimin menerangkan media sastra itu tak melulu pada media cetak. Ada media digital, blog, facebook yang bisa dijadikan ruang atau kesempatan untuk mengekspresikan diri lewat tulisan.

“Saya sendiri mengapresiasi terhadap karya anak-anak muda. Niat saya pribadi saya harus mengangkat dan memperkenalkan orang-orang baru biar ada generasi penerus yang tumbuh. Setidaknya nanti akan mucul sastrawan-sastrawan baru” Ujarnya.



*****
Ashfiya Nur Atqiya & Fatimah Wahyu Sundari , siswi MA & SMA Al Muayyad Surakarta & Anggota komunitas Thariqat Sastra Sapu Jagad 

"Santri Pun Bisa Menulis"

"Santri Pun Bisa Menulis", Reportase Ashfiya & Rahmatika (KOMPAS, Selasa, 15 Juni 2010)

Selama ini ada anggapan, pelajar yang berprestasi adalah mereka yang mampu mengerjakan soal Matematika dan Akuntansi. Pandangan seperti ini sudah layaknya harus diubah. Setiap remaja mempunyai tingkat kecerdasan, bakat, minat dan potensi yang berbeda.Seperti halnya ketika ada siswa yang mempunyai bakat menulis. Menulis adalah suatu bakat yang bisa menjadi prestasi siswa.

Untuk meningkatkan dan menggali potensi siswa dalam menulis, pada Sabtu (5/6) Pesantren Al Muayyad bekerjasama dengan Tiga Serangkai menggelar Sarasehan “Menjadi Penulis Produktif”bersama Ali Muakhir, peraih rekor MURI dengan 300 judul buku.

Dalam acara yang bertempat di serambi Masjid Al Muayyad ini diikuti 300-an siswa SMP, SMA dan MA Al Muayyad yang duduk lesehan. Chaerul Anwar dari Tiga Serangkai mengatakan sekarang banyak penulis dari kalangan santri. Ia mencontohkan novel negeri 5 menara yang juga ditulis oleh seorang santri. Juga sambutan dari perwakilan pengasuh pesantren, Agus Himawan, S.Ag yang sangat mendukung kegiatan ini. “Saya yakin anak-anak Al Muayyad punya bakat mengarang. Buktinya kalau mengerjakan soal bahasa Arab mereka pintar sekali mengarang jawaban”. Candanya.

Acara ini dimoderatori Miftahul Abrori, koordinator Thariqat Sastra Sapu Jagad, sebuah komunitas sastra di pesantren Al Muayyad. Miftah membacakan biodata Ali Muakhir. Kemudian Ali Muakhir memulai sarasehan dengan bercerita kalau dari kecil ia suka membaca dan dilanjutkan menulis ketika nyantri di bebrapa pesantren.
Acara berjalan dengan seru karena pembawaan materi oleh Ali Muakhir sangat menarik. Ditambah lagi komunikasi timbal balik antar peserta. Lewat LCD proyektor Ali menyampaikan Materi “Tiga Langkah Mudah dalam Menulis” yaitu; menentukan jenis tulisan misalnya fiksi atau nonfiksi, menentukan media misalnya, majalah, koran atau buku, dan menentukan pembacanya

Agar peserta tidak bosan, Ali mengadakan sebuah permainan dangan enambelas buah kertas sebagai objeknya dan menyuruh delapan santri putri menulis satu kata sifat dan santri putra menulis kata benda. Kemudian menjatuhkan satu kata benda dan satu kata sifat. Terciptalah kata, Batu Sayang, Mencintai Tong Sampah, Handphone Bersih dll. Ia mengatakan bahwa hal tersebut adalah bukti betapa mudah mencari sebuah ide.

" Jangan berfikir negatif biar menjadi penulis produktif." Pesannya sebelum menutup acara.
Bagi salah satu santri, Putri Eka Kusumawardani, acara ini sangat menarik" Saya senang bisa diadakan acara seperti ini, karena dapat menambah wawasan dan mengenal penulis dan penerbit lebih dekat. Hal itu menambah minat menulis yang sangat tinggi bagi saya." Ujar siswi XI IS SMA Al Muayyad itu.

Reporter : Ashfiya Nur Atqiya & Rahmatika Nur Aini ( Siswi X & XI MA Al Muayyad Surakarta)



(Dimuat KOMPAS, Selasa, 15 Juni 2010)

Sajak-sajak Ashfiya Nur Atqiya (Joglosemar, Minggu,26 September 2010)

Wanita Bermata Redup

Tertangkap oleh matakuseorang wanita paruh baya
jalannya tak lagi tegap
kulitnya tak lagi halus
matanya redup
Kutatap, kulihat apa yang ia kerjakan
merekam semua yang terjadi
kuterka apa yang ia lakukan
Bola hitamku menangkap sinar itu
silau memang
pupilku mengecil seketika
bulir bening menetes di pipinya
Angin segar membelai wajahku
menyisir rambutku tergerai
hidungku merasa aroma wangi
menusuk hidung hingga kerongkonganku
Tangannya tergenggam
mata redupnya terbelalak
jalan bungkuknya sekarang tegap
namun kulitnya sama
Takkan tergantikan kulit muda

*******************************************


Senja, Selamat Jalan Kekasihku

Kala itu kau pulang ke langit-Nya
Senja, kau tak lagi di sini
aku sendiri di tempat yang dulu kita singgahi
kau yang dulu cerah
tiba-tiba gelap
senyuman hilang sudah
Aku masih ingin kau tak pergi
aku masih ingin kita bercengkrama
aku masih ingin kita bersama
aku masih ingin kau
Senja, kau ingat kita punya rencana
aku dan kau merayakan kemenangan
saat kau berdiri di angkasa
dan aku ikut tersenyum menang
Kau tak tahu peluru menembus dari belakangmu itu...!!
ah, aku tak sempat mengatakannya padamu
Kau tertidur dalam kesunyian
Senja, Selamat jalan kekasihku




Ashfiya Nur Atqiya, Penggiat Sastra, Tinggal di Solo. Aktif di Thariqat sastra Sapu Jagad dan Paguyuban Manunggaling Kawula lan Sastra.

AKU, HANYA AKU

"Ijinkan aku mencintaimu dari alam sana.
Mencintaimu tanpa menyentuhmu.
Memang kita telah berbeda.
Tuhan telah ambilku.
Namun tak serta cintaku untukmu."

Aku pura-pura sakit atau aku memang sakit? Huft.., kurebahkan tubuhku yang tidak lagi kuat melawan rasa sakit ini. Aku lelah dengan semua ini. Tiba-tiba nyeri dikepalaku datang, namun tiba-tiba hilang. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada otak kananku bagian belakang itu.
Setiap malam rasa ini datang dan bulir bening keluar dari mata redupku. Aku sering menangis mungkin karena rasa sakitku atau karena mereka disekitarku tak peduli denganku.
”Kenapa kau selalu sakit? Kau harus selalu sehat. Aku tak suka melihat kau hanya berbaring lemas di atas dipan.” kata wanita yang melahirkanku enambelas tahun lalu, dengan menunujukkan sedikit kekecewaannya.
****
Sepuluh tahun lalu, tepatnya aku berumur enam tahun. Aku gadis kecil yang sangat suka tantangan. Di sore yang naas itu, aku bersepeda dengan sepeda bekas kakakku. Aku memang tak pernah dibelikan suatu hal yang baru. Dengan riangnya aku bersepeda meski sepeda bekas yang kupakai. Berkeliling kota, sebelum berangkat memang aku tak berpamitan orang tuaku, karena berpamitan atau tidak itu sama saja bagi mereka.
Aku melihat sesuatu yang menarik diseberang sana, karena keingintahuanku aku mencoba menyeberangi jalan yag tak lengangang itu. Tanpa kusadari dari arah kananku sepeda motor seorang bapak-bapak tua yang dipacu dengan kekuatan tinggi menyambarku. Dan. Daar..!!!
Uwing...uwing..uwing...., suara serine yang kudengar, penglihatanku buram.
Hanya satu hari, aku dirawat di rumah sakit. Karena orang tuaku tak suka melihat anaknya sakit dan berbaring di dipan mungkin karena kelihatan seperti orang malas. Sempat terdengar percakapan orang tuaku dengan dokter bahwa seharusnya aku harus dirawat intensif selama empat atau lima hari lagi karena luka diotak kananku terlalu parah. Sebagai gadis kecil berumur enam tahun aku tak tahu apa-apa dan aku tak hiraukan percakapan mereka.
Akhirnya aku sampai di rumah dengan kepala bagian bawah sebelah kanan yang amat terangat sakit. Hanya menangis yang tak kuinginkan dan tak sadar aku lakukan. Menahan rasa sakit yang tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada diriku.
****
Kini aku berumur enambelas tahun. Aku beranjak dewasa sebagai gadis remaja berparas lumayan, dengan penampilan tomboy dan periang. Ya, inilah aku selalu riang dalam keadaan sesulit apapun. Aku tak terlalu pandai, karena kejadian tabrakan sepuluh tahun lalu yang membuat otakku sedikit tergangganggu. Aku mengenyam pendidikan di sekolah tidak favorit di kotaku, namun aku senang dengan keadaanku yang seperti ini.
” Hai Kan?!” sapanya disuatu pagi.
”Hai kak., apa kabar?” sahutku dengan senyum kecil.
”Baik.” jawabnya singkat dan melontarkan senyumnya.
Lalu kami berjalan berdua dan berpisah karena kami berbeda kelas. Kalian pasti bingung mengapa orang itu memanggilku ”Kan”. Namanku Kania, dan orang itu adalah kakak kelasku namanya Dilla. Tak seperti kakak kelasku yang lain, kak Dilla adalah orang yang ramah jika kau telah mengenalnya, jika tidak kau pasti mengira dia orang jahat tak tahu diri. Mungkin karena penampilannya yang terlalu cool di depan orang. Kami akrab karena sering bertukar pikiran melalui dunia maya. Kami membicaran banyak hal terutama masalah pelajaran sekolah.
Kak Dilla seorang yang pandai dan ramah dengan catatan jika kau berbuat baik dan bersikap sopan dengannya. Aku senang berteman akrab dengannya. Banyak hal yang kudapat darinya. Salah satunya adalah hatinya. Sore itu, sepulang sekolah ia mengatakannya padaku. Aku menjawab dengan senyum yang menurutku senyuman paling manis untuk gadis tomboy. Takku sangka orang seperti itu menaruh hati kepadaku.
****
Malam datang, tiba-tiba kepalaku bagian kanan sangat nyeri, aku sangat kesakitan, tak seorang pun tahu jika kepalaku benar-benar sakit dan aku tahu ini bukan sakit kepala biasa. Semalaman aku menangis dengan merangkul boneka pemberian Kak Dilla dihari ulang tahunku ke enambelas. Karena itu dapat memberiku rasa nyaman dan sedikit tenang. Keesokan harinya aku bercerita kepada ibuku tentang semua yang kurasakan. Aku hanya dipijat terapi. Dan hasilnya terdapat luka dalam diotakku sebelah kanan. Aku tak tahu mengapa mereka tak membawaku ke dokter untuk melihat sejauhmana lukaku itu.
Setiap hari dan setiap malam aku merasa sakit teramat sangat. Lama kelamaan aku terbiasa dengan nyeri itu, dan menganggap nyeri dikepalaku adalah hal wajar yang harus kurasakan. Aku tak bercerita kepada kak Dilla apa yang kualami, semua tentang seberapa sering aku pusing dan mimisan tiba-tiba. Aku takut ia menjauh dariku karena hal ini.
Hari demi hari kulewati sendiri bersama penyakitku. Namun aku selalu riang di depan orang tuaku, teman-temanku bahkan Kak Dilla orang yang paling aku sayangi. Banyak kenangan indah kulalui dengan Kak Dilla.
Tak jarang setiap minggu aku dan ia pergi berjalan-jalan berdua menghabiskan waktu liburan layaknya sepasang kekasih. Kami juga sering belajar bersama, ia sering mengunjungiku ke rumah. Kami seperti saudara. Sering sekali kami kena marah orang tuaku karena kami pergi hingga larut sore. Tapi kami menikmatinya dan kami anggap itu pengalaman seru. Masih banyak lagi kenangan indah bersamanya.
****
Pagi itu tanggal delapan Nopember adalah hari ulang tahunku dan kebetulan hari itu, hari Minggu. Kak Dilla memberiku kejutan, ia mengajakku ke sebuah tempat.
”Bukalah matamu sekarang Kan.” katanya sambil membuka tali yang menutupi mataku.
”Baiklah...” jawabku antusias.
Kubuka mataku dan kulihat pantai berpasir putih, debur ombak bersahutan dengan kemilau emas cahaya matahari.
”Indahnya...” kataku terkagum-kagum.
Refleks, aku merangkul dan kucium kening Kak Dilla karena aku sangat senang.
”Kau senang dengan semua ini?” tanyanya.
”Iya Kak, aku suka dengan semua ini. Semua ini adalah hal yang paling aku suka.” jawabku dengan mata berbinar-binar.
Tak hanya itu, ia mengajakku masuk ke ruang gelap dangan lilin yang bertaburan, aku dikagetkan dengan roti tart menjulang tinggi. Ini tak pernah aku dapatkan sebelumnya. Bahkan dari orang tuaku, ucapan selamat ulang tahun tak pernah mereka ucapkan apalagi memberiku kejutan seperti ini.
Ditengah kegembiraanku, tiba-tiba rasa nyeri itu datang lagi. Dahsyat rasa ini. Gelap dan semakin gelap. Aku tak dapat melihat bahkan mendengar apapun.
****
”Maaf Ibu-Bapak, nyawa anak anda terancam. Namun kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan anak Ibu-Bapak.” kata dokter lemas.
Kak Dilla menangis diluar UGD. Ia tak punya harapan lagi. Tak lama kemudian aku tersadar namun tak sepenuhnya. Semalaman Kak Dilla tidur dengan menggenggam tanganku. Aku bangun dari tidurku dan melihatnya dalam-dalam tanpa kusadari air mataku menetes. Kak Dilla benar-benar menyayangiku, namun aku takut jika aku mengecewakannya karena penyakitku ini. Belum sempat ia melihat aku terbangun. Penglihatanku kembali gelap dan sangat gelap. Terimakasih Kak, kau telah memberiku kebahagiaan walau sebentar dalam hidupku.



Kamar Kecilku, 27 September 2010

Kamis, 23 September 2010

Hai Bung! Kami Merindukanmu

Hai Bung! Apa kabarnya kau di sana?
Kami jamin kau pasti sedih
Hai Bung! Bagaimana kami ini?
Kami tahu, kau pasti caci kami jika bertemu

Hai Bung! Apa kau merasa kami lecehkan?
Kami tahu, kau pasti merasa itu
Tapi kami di sini merasa bangga dengan itu
Ah, tragis!

Hai Bung! Lihatlah kami di sini
Mereka lakukan ini pada kami
Amburadul memang!
Tapi penggantimu yang ini....

Hai Bung!
Kami heran dengan semua penggantimu
Tak seperti kau
Bung! Satu hal kami katakan
Kami merindukanmu

Senja, Selamat Jalan Kekasihku

Senja, Selamat Jalan Kekasihku
Kala itu kau pulang ke langit-Nya

Senja, kau tak lagi di sini
aku sendiri
di tempat yang dulu kita singgahi
kau yang dulu cerah
tiba-tiba gelap
senyuman hilang sudah


Aku masih ingin kau tak pergi
aku masih ingin kita bercengkrama
aku masih ingin kita bersama
aku masih ingin kau

Senja, kau ingat kita punya rencana
aku dan kau merayakan kemenangan
saat kau berdiri di angkasa
dan aku ikut tersenyum menang

Kau tak tahu
peluru menembus dari belakangmu
itu...!!
ah, aku tak sempat mengatakannya padamu


Kau tertidur dalam kesunyian
Senja, Selamat jalan kekasihku

Jumat, 03 September 2010

Vanilla Twilight

The stars lean down to kiss you
And I lie awake and miss you
Pour me a heavy dose of atmosphere

'Cause I'll doze off safe and soundly
But I'll miss your arms around me
I'd send a postcard to you, dear
'Cause I wish you were here

I'll watch the night turn light-blue
But it's not the same without you
Because it takes two to whisper quietly

The silence isn't so bad
'Til I look at my hands and feel sad
'Cause the spaces between my fingers
Are right where yours fit perfectly

I'll find repose in new ways
Though I haven't slept in two days
'Cause cold nostalgia
Chills me to the bone

But drenched in vanilla twilight
I'll sit on the front porch all night
Waist-deep in thought because
When I think of you I don't feel so alone

I don't feel so alone, I don't feel so alone

As many times as I blink
I'll think of you tonight
I'll think of you tonight

When violet eyes get brighter
And heavy wings grow lighter
I'll taste the sky and feel alive again

And I'll forget the world that I knew
But I swear I won't forget you
Oh, if my voice could reach
Back through the past
I'd whisper in your ear
Oh darling, I wish you were here

laguku banget :)

Semanis Coklat

Semanis Coklat

Bangunan seperti kubus itu bertumpuk tiga dan kubus paling atas terdapat segitiga. Di dalamnya terdapat kubus-kubus kecil. Warnanya sangat klasik. Ya, klasik, gagah, dan kelihatan tua. Warna coklat dan krem menambah kesan tuanya, meski tua tapi nyaman. Gedung coklat itu, rapuh sepertinya. Namun mampu menopang badannya.
Setiap pagi terdengar ”teng” dari gedung itu. Tak jarang banyak anak-anak bermain di halamannya. Sayup-sayup terdengar orang berteriak, bersenda gurau, kadang keseriusan yang terlihat. Meski tua gedung coklat itu, banyak yang merindukan. Terutama pemuda-pemudi berseragam putih abu-abu.
Aku termasuk salah satu pemudi-nya. Teman-teman akrabku sering memanggilku Fitria. Aku seorang siswa sekolah menengah atas duduk di kelas sebelas.
Pukul 09.30 tepatnya jam istirahat tiba. Ditumpukkan kubus paling atas, dibalkon belakang sering aku dan dirinya bercakap-cakap. Meski tak saling pandang dengan jarak dua setengah meter, aku dan dirinya membicarakan tentang kehidupan. Keluarga dan kahayalan-khayalan kami. Suara cekikikan sering kami timbulkan.
Pasti kau bingung dengan kata ”dirinya” yang terselip. Aku hampir lupa menjelaskannya. Dia seorang pemuda yang aku anggap kakakku seorang kakak kelasku yang duduk di kelas duabelas. Berpawakan sedang, berhidung mancung, bermata sipit, rambutnya cepak, dan bibirnya merah. Aku panggil dia, kak Bayu. Tak jarang, kami bertukar pikiran tentang banyak hal. Kak Bayu sering mengajarkanku tentang kedewasaan, atau mungkin pelajaran exact yang tak banyak aku kuasai. Kak Bayu seorang yang pintar, dewasa dan sedikit galak. Tapi aku tetap menyukainya meski ia galak.
Menurutku, ia juga pelawak yang sering menghiburku ketika aku lagi BT . Ia sering menghiburku dengan kata-katanya yang membuatku kembali ceria. Aku yang masih bocah, sering ia ceramahi bagaimana bersikap dewasa. Awalnya aku tak senang dengan ceramah-ceramahnya karena aku ngrasa kalau aku sudah dewasa. Lama aku berpikir tentang kata-katanya, tentang caranya menghadapi masalah. Aku pikir dia lebih dewasa ketimbang aku.
Teng-teng.....“Ah..,suara apa itu?” Berbarengan kami mengucapkannya. Suara “teng” dua kali adalah suara yang paling tidak ingin kami dengar. Karena artinya dengan terpaksa harus kami sudahi percakapan ini.
Begitu seterusnya, setiap istirahat kami selalu berbincang. Tak jarang, kami berbagi makanan, namun aku yang paling sering membawa bekal dari rumah. Aku suka kopi susu dan kebetulan kak Bayu juga. Ada kejadian lucu tentang kopi susu.
Saat aku dan kak Bayu berbincang ada sedikit perkataanku yang menyakitkan, kak Bayu marah dan meninggalkan aku. Aku berusaha untuk meminta maaf namun ia tak begitu saja memaafkanku, aku lupa kalau dia sedikit keras kepala. Susah, aku meminta maaf kepadanya. Hari itu, aku membawa bekal kopi susu, sebenarnya kopi susu itu akan kuminum bersamanya. Karena ia marah dan meninggalkanku sendiri, aku berniat meminumnya sendiri.
Belum sempat aku meminumnya, aku melihat kak Bayu di balkon lantai dua melihatiku dengan rasa kecewa. Karena aku tahu, dia menginginkan kopi susu yang kubawa.
Hihihi....
Akhirnya aku menghapirinya dengan wajah polos, aku meminta maaf dan menyodorkan kopi susu milikku.
”Oke! Aku maafin kamu. Jangan diulang lagi, aku nggak suka kamu ngomong seperti itu. Inget, ini gara-gara kamu bawa kopi susu.”
Ahahahha.... Aku tertawa terbahak-bahak. Karena kopi susu, aku diberinya maaf.
Banyak kenangan indah dan pastinya seru, yang tak pernah aku lupakan. Terutama kenangan ini. Saat itu, kak Bayu sedang sakit, ia dirawat di UKS. Karena aku temannya aku harus menjaganya dan menemaninya. Badannya lemas, berbaring di kasur dengan wajah pucat. Aku tahu, dia butuh supplements yang banyak untuk memulihkan tenaganya. Aku merasa kasihan dengannya. Sudah ibu guru siapkan roti dan teh hangat untuknya. Namun aku berpikir, mana obatnya?
Akhirnya aku berinisiatif untuk mengambilkannya di rumahku yang tak jauh, dari sekolah. Aku kembali ke sekolah.
”Kakak bisa minum supplements-nya sendiri kan?”
Tak ada jawaban, aku berfikir sejenak. Lalu aku angkat punggungnya sehingga posisinya duduk.
”Kak, ini obatnya diminum.” Sedok yang ada ditangaku, aku masukkan ke dalam mulutnya. Dua kali aku melakukannya.
Saat aku melakukannya, mengapa hati ini jadi tidak seperti biasanya? Mengapa aku merasakan hal yang berbeda? Ada apa ini?
Tiba dirumah, aku teringat kejadian tadi dan masih saja merasakan hal yang aneh. Sebelumnya aku pernah merasakan ini, tapi apakah mungkin aku jatuh hati dengan seorang yang sudah kuanggap kakakku itu? Aku berusaha untuk mengabaikan rasa itu.
Keesokan harinya di sekolah. Ditengah jalan aku bertemu dengannya.
”Pagi Fitri....” sapanya.
”Hai kak, gimana? Uda sembuh? Kemarin sakit apa?”
”Hmm..., makasi ya buat yang kemarin sudah ngejagain aku terus ngasi aku obat.” katanya dengan senyum khasnya dan gigi gingsulnya.
”Ya..sama-sama. Toh uda jadi kewajibanku ngejaga temenku.”jawabku dengan tersipu malu.
Teng-teng-teng.....
Suara pelajaran dimulai. Pagi itu, aku tak seperti biasa yang selalu memperhatikan pelajaran dengan saksama. Dibenakku hanya teringat kak Bayu. Aku tak nyaman dengan rasa ini.
”Huft....”aku mendesis dan merebahkan badanku ditembok dan bepikir tanpa memperhatikan guru matematika kesayanganku.
”Fitri.. kamu kok ngelamun? Ada apa?”
Terdengar suara yang kelihatannya suara seorang yang sudah sepuh memanggilku dan membuyarkan lamunanku.
”Ya Pak!” jawabku kaget
”Kenapa melamun?”
”Lagi nggak enak badan Pak, maaf.”
Setelah pelajaran matematika selesai, dilanjutkan pelajaran bahasa Indonesia dan seperti tadi, aku tidak antusias dengan pelajaran.
Aku melihat jam kecilku berwarna hijau yang bertuliskan Swiss Army menujukkan pukul 09.30 dan artinya waktunya beristirahat. Ini saat yang aku tunggu dari tadi, berbincang dengan kak Bayu.
Kebetulan saat itu aku ingin bahas pelajaran matematika. Tentang pembahasan logaritma yang menurutku sedikit rumit karena rumusnya seabrek-abrek.
Hihihi...
”Hai Fit!” sapanya.
”Hai kak!” balasku dengan senyum bocah polos.
Kami berbincang ditempat biasa, di balkon sekolah lantai tiga dibagian belakang. Aku yang memulai pembicaraan.
”Kak, bisa ajarin aku logaritma nggak?”
”Logaritma? Tu mah...gampang! Kecil!” menunjukkan jari kelingkingnya.
Dia mengajariku dengan sabar hingga aku mengerti, tapi aku sedikit-sedikit memperhatikan wajahnya yang menurutku sedikit menarik untuk dilihat. Semakin dalam aku melihatnya, semakin menarik dirinya. Matanya yang sipit tapi tajam, hidungnya yang mancung dan gigi gingsulnya membuatnya terlihat lebih manis.
Dan aku tersadar. Ah! Lebih baik jangan berpikir yang tidak-tidak, atau mengaharap kak Bayu suka padaku. Aku mencoba untuk meyakinkan diriku. Aku berpikir lebih baik aku melupakan hatiku dan tetap berteman dengannya dan tidak mengharapkannya. Meski kak Bayu nggak punya pacar dan aku punya peluang untuk itu. Tapi aku tetap akan melupakannya.
Saat itu, kak Bayu akan menghadapi ujian nasional. Aku sebagai teman terdekatnya harus selalu memberinya semangat meski aku tak percaya dengan semangatku sendiri. Dengan berbagai cara, aku selalu meyakinkannya pasti berhasil dengan usaha dan do’a.
Hari itu, hari Rabu. Kebetulan guru dikelasku tak datang, dan sama di kelasnya. Aku dan dia, berdua di tempat biasa kami berbincang. Hari itu ia bercerita tentang penyesalannya kepada dirinya, tentang bagaimana perasaannya selama ini atas semua hal tidak baik yang pernah ia lakukan.
Takku sangka ia seorang yang kuanggap orang paling galak dan paling cuek sedunia itu menangis di depanku. Aku sangat kaget dengan adegan itu, seperti di sinetron saja. Awalnya aku bingung harus mengatakan apa. Namun tiba-tiba mulutku tergerak dan berkata,”Penyesalan itu memang datang dibelakang. Tapi menyesal terlarut-larut itu tak baik. Sekarang kakak bisa mengambil pelajaran yang bisa diambil dan menjadikannya cerminan untuk melangkah ke depan.” Hanya itu yang dapat aku katakan.
Karena penasaran, aku memaksakan bertanya kepadanya.
”Kenapa aku yang kau pilih untuk tempat cerita?” tanyaku.
”Karena aku merasa kau adalah orang yang terdekat denganku.” jawabnya terisak-isak
Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang menggelayut di kepalaku, namun aku tak ingin mengeluarkannya karena aku lihat, ia terlalu sedih jadi aku kurungkan niat untuk banyak bertanya kepadanya.
Sejak saat itu aku merasa, bahwa aku sangat berarti baginya. Aku mulai menerka-nerka apa yang sebenarnya yang ada dihati kak Bayu untukku. Namun aku teringat kembali dengan niatku untuk tak berharap lebih kepadanya. Meski begitu, aku tetap senang dapat berada di sisinya saat suka maupun duka dan ia pun begitu sebaliknya. Sejak saat itu aku merasa, bahwa aku sangat berarti baginya. Aku mulai menerka-nerka apa yang sebenarnya yang ada dihati kak Bayu untukku. Namun aku teringat kembali dengan niatku untuk tak berharap lebih kepadanya. Meski begitu, aku tetap senang dapat berada di sisinya saat suka maupun duka dan ia pun begitu sebaliknya.
Waktu berjalan dengan cepatnya, tak terasa ujian nasional telah tiba. Aku sebagai orang terdekatnya, selalu mendoakanya semoga lulus ujian dengan hasil yang memuaskan. Setelah tiga hari terlalui ujian telah usai dan sekolah beraktivitas seperti biasanya.
Akhirnya, setelah kak Bayu menerima pengumunan kelulusan dan di sekolah bergedung coklat itu, aku mengungkap semua yang kurasakan selama ini. Dan tak diduga ia juga merasakan hal sama seperti yang aku rasakan. Akhirnya kami menjalin suatu hubungan yang menurutku agak tabu bagi sepasang sahabat. Dan ini semua bagai ”semanis coklat” .
Hihihi...

Senin, 30 Agustus 2010

Teruntuk Aktor yang Handal

aku lelah dengan semua ini

dengan tingkahmu

dengan sifatmu

aku tahu, aku mencintaimu

bahkan aku menyayangimu

sebenarnya tak banyak alasan

untuk aku tunjukkan bahwa aku

mencintaimu bahkan menyayangimu

namun kali ini mengapa seribusatu alasan

untuk aku tunjukkan bahwa aku

membencimu?

mencintamu cukup mudah bagiku

mengertimulah yang menurutku sedikit rumit kulakukan

awalnya, aku menikmatinya

dan mengira ini hanya sifat kepuraanmu saja

tetapi mengapa ini terus berlanjut?

apakah selama ini kau hanya bersandiwara?

kau anggap ini adalah sinetron dan aku adalah lawan mainmu?

kau anggap ini hanya permainan saja?


aku sungguh menyayangimu..,


kau bilang, kau merasakan sayang itu?

kau nyaman denganku..,

apakah itu adalah bagian dialog sinetron yang kau buat itu?

mengapa kau menganggap semua ini adalah hal yang berpura?

apakah menurutmu, menunggu bertahun itu mudah tanpa seorang pun mengetahuinya?

bagiku, menunggu adalah hal yang terberat dalam hidupku

sering aku lakukan, meyakinkan diriku

bahwa aku tak suka bahkan tak sayang dirimu

namun aku tak sepintar hatiku yang selalu menginginkamu

aku memang bodoh!

aku tak dapat menipu diriku sendiri

apakah menurutmu aku kurang tulus?

atau hatimu saja yang sudah keras, hingga tak dapat merasakan kasihku?

baiklah jika ini yang kau inginkan dariku

kau sutradara yang baik

sekaligus aktor yang baik pula

dan aku hanya pemain yang dipermainkan saja

Wanita Itu

Wanita Itu..

Tertangkap dengan korneaku
Seorang wanita paruh baya
Jalannya tak lagi tegap
Kulitnya tak lagi halus
Matanya Redup

Kutatap, Kulihat apa yang ia kerjakan
Kutatap dengan mataku yang masih tajam
Lama aku melihatnya, merekam semua yang terjadi
Kuterka apa yang ia lakukan

Bola hitamku menangkap sinar itu
Silau memang
Pupilku mengecil seketika
Bulir bening menetes dipipinya

Tiba-tiba ia berteriak menggelegar
Gendang telingaku terhimpit
Dan...
Daar! Pecah!

Angin segar membelai wajahku
Menyisir rambutku tergerai
Hidungku merasa tertusuk
Wanginya menusuk hidung sampai kerongkonganku
Rasanya mulutku akan mengeluarkan muntah

Tangannya tergenggam
Mata redupnya terbelalak
Jalan bungkuknya sekarang tegap
Namun kulitnya sama dan akan terganti
Terganti dengan kulit muda

Hati Pondok Pesantren

Hati Pondok Pesantren


Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang dipimpin oleh para ulama’ yang disebut kyai, dan terbukti bahwa pesantren itu, pendidikan yang sangat berhasil. Dibuktikan bahwa pesantren telah menghasilkan para santri yang bisa mendapatkan ilmu untuk bermasyarakat dari segala sudut pandang. Dari ilmu kegamaan, pesantren telah membuktikan bahwa lembaga yang mapan. Pesantren telah dimulai sejak zaman wali sanga ( wali sembilan ). Yang pertama kali membuat pesantren adalah Sunan Ampel, dari Sunan Ampel ke murid-muridnya dan berkembang sampai sekarang.

Pendidikan ala pesantren, membuktikan bahwa dalam dunia pendidikan tersebut yang dibutuhkan hanyalah ijazahnya tetapi kefahaman dari ilmu yang diberikan oleh gurunya. Meskipun tak punya ijazah, lulusan pesantren tetap masih bisa berkembang. Karena ilmu kyai itu mumpuni dari segala sudut pandang, sehingga alumni pesantren mempunyai ilmu yang bermacam-macam.

Pemberian makna manusia sebagai khalifah di bumi, seorang kyai itu dapat memberi warna kepada para santri kesadaran mengelola jagad raya ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga banyak para santri yang ahli dalam bidang pertanian, pertenaka bahkan ada santri yang politikus. Seperti, K.H. Hasyim Asy’ari pendiri pesantren Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur. Beliau dikatakan sebagai salah satu pelatak fondasi kemerdekaan Indonesia yang disebut Resolusi Jihad.

Pada waktu kelas kedua, Belanda masuk ke Indonesia tahun 1949 yang mendompleng pasukan NATO dengan alasan untuk mengusir Jepang. Pada saat itulah NATO dan Belanda akan mengambil Indonesia. Kemudian Jendral Sudirman menemui K.H. Hasyim Asy’ari, meminta pendapat bagamana hukum membela negara. Dan ternyata hukum membela negara adalah wajib. Dari situlah munculah resolusi jihad yang isinya adalah,”Orang muslim yang mukallaf dan tinggal 90 meter dari tempat peperangan wajib memerangi secara langsung, dan orang muslim yang mukallaf yang tinggal lebih dari 90 meter membantu ” dan dari situlah Bangsa Indonesia dapat merebut kekuasaannya kembali.

Tapi sayangnya sejarah Indonesia tidak mencatat tentang isi Resolusi Jihad. Tapi bagi para kyai dan santri tidak perduli, perjuangannya dicatat dalam sejarah atau tidak, asal Tuhan mencatat perjuangan mereka. Disitulah letak kekuatan pesantren.

Sehingga dari hal-hal yang demikian itu bukti bahwa pendidikan yang telah berhasil sampai berabad-abad. Dan hebatnya, sampai sekarang para satri antar pesantren tak pernah tawuran atau saling menyerang. Karena mereka telah dididik akhlaq yang baik berdasarkan ajaran agama yang mereka hayati dan mereka amalkan.

Kemodrenan Pondok tidak Tinggalkan Jati Diri

Kemodrenan Pondok tidak Tinggalkan Jati Diri
Nara Sumber :K.H. Dian Nafi’
Ruang tamu yang terletak di samping mushalla pesantrennya sering dikunjungi tamu lokal dan mancanegara yang ingin bertukar pikiran dengan sang tuan rumah yang baru 44 tahun itu. Beliau adalah K.H. Dian Nafi’ pemimpin pondok pesantren Al-Muayyad cabang Windan, Makamhaji Sukoharjo Jawa Tengah. Beliau menghadapi kemodernan dengan cara yang unik. Yaitu, dengan mengajarkan para santri tetap bergumul dengan nilai-nilai agama yang luhur, tetapi juga mengedepankan Pancasila. Dalam kiprahnya yang sekaligus menghapus presepsi orang tentang kekolotan pondok pesantren.
Bagaimana cara mengubah presepsi kebanyakan orang tentang kekolotan pondok pesantren?
Dua hal kemodernan, modern wadah dan modern isi. Modern wadah artinya, simbul, istilah dan penampilannya baru. Tetapi pikirannya kolot. Sedangkan modern isi artinya, simbul, istilah, dan penampilannya lama. Tetapi pikirannya modern tanpa meniggalkan kearifan masa silam. Pesantren peduli kepada kemodernnan, tetapi tak silau dengan kemodernnan. Contohnya, para santri tetap memakai sarung , pecis, dan duduk sila di lantai sambil belajar bahasa Jepang dengan perangkat internet.
Menurut anda apakah bentuk yang sebenarnya kemodrnan?
Kemodernnan itu dianggap bentuk yang sudah jadi, maka banyak orang memilih menjadi modern dengan cara yang sudah ada. Menjadi modern butuh proses, yang penting kesesuaian dengan ruang dan waktu. Misalnya, orang tetap sholih, meskipun tinggal di negara maju sebagai minoritas disana, untuk waktu yang lama. Atau tetap rajin menjalankan sesuai ajaran agamanya itu. Sekaligus, dapat hidup bermartabat dinegara yang sangat kaya, dengan banyak kelimpahan materi dalam waktu yang lama.
Sebenarnya kemodrenan pondok menyangkut kesesuian apa saja?
Kemodernan pondok berkaitan dengan kesesuain ilmu dan sosialnya, tanpa harus menghilangkan jati dirinya. Seperti, santri tetap berbakti kepada orang tuanya, meskipun sudah menduduki jabatan lebih tinggi dan memiliki tingkat pendidikan jauh diatas kedua orang tuanya.
Bagaimana cara mengejar kemodrnan dengan tidak meninggalkan nilai luhur?
Nah! Dari cerita diatas tadi, terlihat bahwa kemodrnnan pondok pesantren itu menjadikan dua hal sekaligus. Yaitu jati diri dan relevansi. Mengejar relevansi dengan mengorbankan jati diri, akan menjadikan lulusan pondok pesantren laku dipasar kerja, tetapi larut oleh gaya hidup yang ada. Sebaliknya, mengejar jati diri dengan mengabaikan relevansi bisa menjadikan lulusan pondok pesantren barperilaku baik, tetapi tidak dapat mewarnai lingkungannya . Karena penampilannya tidak cocok dengan lingkungan pergaulannya.
Apakah dalam Islam mengajarkan tentang jati dirinya yang luhur?
Ada sebuah cerita. Suatu hari , Khalifah Umar Bin Khattab melihat anak muda berjalan menunduk. Amirul Mukminin menegurnya, ”Nak! Angkatlah kepalamu Islam bukan agama yang sakit.” Dengan cerita diatas, dapat di simpulkan bahwa, khalifah Umar bin Khattab mengajarkan generasi muslim tidak silau dengan dunia kemodernnan. Khalifah yang terkenal adil ini, juga mengajarkan kepda kita, agar ada keberanian menatap masa depan dan bergumul dengan persoalan hidup. Dan disitulah jati diri generasi muda dalam ajaran Islam.
Apakah bukti bahwa buku tentang agama Islam yang dikarang oleh imam-imam yang lalu modern ?
Karya-karya Imam Ghazali disimpan di Universitas Hart Ford ( Sims Bory, Keuntucky AS) dan disimpan di manuskrip yang dijaga ketat karena menjadi sumber belajar di Universitas Hart Ford yang terfokus pada kajian agama-agama sekitarnya.
Bukti yang lain, Faro’it ( Hukum waris Islam) itu dipelajari di Sourbonne University. Dan seabad kemudian, yaitu abad ke 16. Pranacis yang paling banyak mengadopsi hukum waris Islam. Prinsip tanpa riba yang dijarkan oleh Fiqih yang teksnya mudah kita dapati di kitab-kitab kuning ( nama buku pelajaran agama Islam ) , menjadi bahan kajian menarik di universitas Inggris. Maka tidak aneh, lulusan Al-Muayyad M. Lutfi Hamidi memperoleh gelar Master Islamic Banking dari negrinya Ratu Elizabeth ini.